SAFETY TALK: Tips Mengelola Kelelahan (Fatigue Management)


FATIGUE MANAGEMENT
adalah serangkaian kebijakan, prosedur, dan praktik yang dirancang untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola kelelahan di tempat kerja. Kelelahan (fatigue) dapat memengaruhi konsentrasi, kewaspadaan, dan kinerja, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan dan cedera, terutama di lingkungan kerja berisiko tinggi seperti di industri migas atau drilling field camp.

Penyebab Fatigue

  1. Jam kerja yang panjang atau shift kerja bergilir.
  2. Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk.
  3. Beban kerja berlebihan.
  4. Lingkungan kerja yang monoton atau tidak menantang.
  5. Faktor psikologis, seperti stres dan tekanan kerja.
  6. Kondisi fisik atau kesehatan yang kurang baik.


Mengelola kelelahan (FATIGUE)
di proyek seismik yang tidak memiliki libur dan sering lembur memerlukan strategi khusus agar produktivitas tetap optimal dan risiko kecelakaan dapat diminimalkan. Salah satu langkah penting adalah pengaturan jam kerja yang fleksibel.
1.      Pengaturan Jam Kerja yang Fleksibel

Durasi lembur perlu dibatasi agar tidak berlebihan, misalnya maksimal 2–3 jam per hari. Selain itu, penerapan sistem shift yang bergilir dapat membantu pekerja mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Diperlukan juga pemberian micro break selama 10–15 menit setiap 2–3 jam kerja untuk memulihkan energi.

2.       Manajemen Beban Kerja

Manajemen beban kerja menjadi aspek penting lainnya. Tugas harus didistribusikan secara adil agar tidak terjadi penumpukan pekerjaan pada satu tim. Rotasi tugas juga diperlukan agar pekerja tidak terus-menerus melakukan pekerjaan yang monoton atau berat. Optimalisasi waktu istirahat dapat dilakukan dengan menyediakan ruang istirahat yang nyaman dan dilengkapi fasilitas penunjang relaksasi. Selain itu, pemberian waktu tidur siang singkat atau power nap selama 20–30 menit dapat membantu pekerja memulihkan energi.

3.       Pemantauan Kondisi Pekerja

Pemantauan kondisi pekerja secara rutin juga penting. Pemeriksaan kesehatan berkala dapat mendeteksi tanda-tanda kelelahan sejak dini. Pekerja juga dapat menggunakan self-assessment fatigue checklist sebelum memulai pekerjaan untuk mengevaluasi kondisi fisik mereka. Edukasi dan peningkatan kesadaran mengenai bahaya kelelahan harus terus dilakukan. Pekerja perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda kelelahan dan pentingnya melapor kepada atasan.

4.       Penerapan Stop Work Authority (SWA)

Penerapan Stop Work Authority (SWA) menjadi salah satu solusi efektif. Pekerja harus diberikan kewenangan untuk menghentikan pekerjaan jika merasa lelah atau tidak fit, dan manajemen harus mendukung penuh pelaksanaan SWA ini.

 5.       Asupan Nutrisi dan Hidrasi

Penyediaan asupan nutrisi dan hidrasi yang cukup juga penting. Makanan bergizi dan cairan yang memadai harus selalu tersedia untuk menjaga stamina pekerja. Konsumsi kafein yang berlebihan sebaiknya dikurangi karena dapat mengganggu pola tidur.

6.       Pengelolaan Lingkungan Kerja

Pengelolaan lingkungan kerja juga perlu diperhatikan. Area kerja harus memiliki pencahayaan yang cukup dan ventilasi yang baik. Kebisingan atau gangguan yang dapat memperburuk kelelahan harus diminimalkan. Di sisi lain, dukungan psikologis dan sosial juga sangat dibutuhkan. Akses ke layanan konseling atau sesi relaksasi dapat membantu pekerja mengelola stres. Selain itu, komunikasi yang terbuka antara pekerja dan manajemen terkait kelelahan harus terus dibangun.

Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, kelelahan di proyek seismik yang padat dapat diminimalkan dan keselamatan kerja tetap terjaga.

 


Posting Komentar

0 Komentar